HAKIKAT
ARTI SEBUAH KATA “ GURU
“
Guru, "digugu dan
ditiru",
itulah guru.
Ungkapan
lama yang memang menjadi dasar bagaimana dan siapa orang-orang yang telah dididiknya, menjadi
siapakah "mereka", seperti apakah mereka, turur katanya, akhlaknya, dan kemampuan pedagogik
beserta kompetensinya.
Menjadi Guru, bukanlah pekerjaan mudah. Didalamnya, dituntut pengabdian dan juga ketekunan. Harus ada pula kesabaran, dan welas
asih.
Menjadi Guru kalau “ Benar-benar Guru ” itu cukup berat dan mulia, karena Tugas Guru adalah ada dua yaitu mengajar dan mendidik.
Kalau
mengajar gampang, semua orang bisa, tetapi tugas guru yg berat adalah “mendidik”, karena tidak
semua orang/guru mampu mendidik.
Kalau Mengajar sasarannya adalah otak, dari siswa tidak bisa
matematika, jadi bisa, dari tidak bisa bahasa inggris jadi bisa, dst. Itu semua
dari hasil belajar. Sedangkan kalau Mendidik sasarannya adalah “ hati ”.
Hasil pendidikan bisa dilihat dari sikap, moral atau akhlaknya.
Untuk membentuk sikap yang baik ini sangat berat, perlu contoh suri tauladan dari guru dan harus selalu dikontrol dan selalu diingatkan.
Seorang guru jangankan untuk mendidik sekian banyak siswa, mendidik satu orang yaitu
dirinya sendiri sangat berat, yaitu harus selalu menjadi suri tauladan
untuk siswa-siswanya.
Tetapi bagi Yang Benar – Benar GURU, hal ini harus dilakukan.
Oleh karenanya Menjadi Guru itu sangat berat tetapi mulia, hanya orang – orang
tertentu saja yang bisa melakukannnya.
Menjadi
guru juga bukan sesuatu yang gampang.
Menjadi
guru bukan
pekerjaan mentereng.
Menjadi
guru juga bukan pekerjaan yang gemerlap.
Tak
ada kerlap – kerlip lampu sorot yang memancar, juga pendar – pendar cahaya
setiap kali guru – guru itu sedang membaktikan diri, sebab mereka memang bukan
para pesohor, bukan pula bintang panggung.
Namun, ada sesuatu yang mulia disana. Pada guru-lah
ada kerlap
– kerlip cahaya kebajikan dalam setiap nilai yang mereka ajarkan.
Lewat guru-lah memancar pendar – pendar sinar keikhlasan dan ketulusan pada kerja yang mereka lakukan. Merekalah sumber cahaya – cahaya itu yang
menyinari setiap hati anank – anak didik mereka.
Dari Guru-lah kita belajar mengeja kata dan kalimat. Pada Guru-lah kita belajar lamat – lamat bahasa dunia.
Lewat guru kita belajar budi pekerti, belajar mengasah hati dan menyelami nurani. Lewat Guru pula kita
mengerti tentang banyak hal – hal yang tak kita pahami sebelumnya.
Apabila seorang pendidik Ikhlas
di jalan ALLAH mengarahkan anak – anak
pada Akhlak yang baik, maka dia akan mendapatkan kebaikan di Dunia dan Akhirat. Teman . . . . . jika ingin merasakan
pengalaman batin yang berbeda cobalah menjadi “ GURU “.
Rasakan kenikmatan saat setiap anak – anak
itu memanggil anda dengan sebutan Ibu / Bapak dan biarkan mata penuh perhatian itu memenuhi hati Anda. Ada sesuatu yang berbeda
disana.
»
Cobalah!! dan Rasakan!! «
Tidak ada komentar:
Posting Komentar